Total Tayangan Halaman

Ads By User

Ads By User
Design Your Vapor Max

Jenis Jenis Manusia Purba Di Dunia & Di Indonesia


JENIS JENIS Manusia Purba di Dunia & Indonesia | Gambar, Penjelasan, Sejarah


Jenis jenis Manusia Purba – Di zaman modern seperti sekarang ini segala sesuatu bisa didapatkan dengan sangat mudah, berbeda dengan zaman dahulu terutama di zaman purba. Ketika di sekolah, kita pasti mendapatkan pelajaran mengenai manusia zaman dulu atau yang biasa disebut dengan nenek moyang kan?
Nah, pada kesempatan kali ini kami akan membahas mengenai nenek moyang tertua yaitu manusia purba. Berbicara mengenai manusia purba apakah Anda pernah membayangkan bagaimana wujud asli dari manusia purba?
Beberapa peneliti mengatakan bahwa Afrika adalah tempat pertama manusia ditempatkan di bumi. Mungkin pendapat ini sedikit berbeda dengan pendapat yang dinyatakan di dalam Al-quran.
Tetapi meskipun demikian tidak ada salahnya jika kita mengetahui sejarah manusia purba yang telah dicatat oleh filosof terdahulu. Langsung saja, untuk mengetahuinya berikut beberapa jenis manusia purba yang sempat kami rangkum berdasarkan penelitian para filosof.
Daftar Isi [buka]

Jenis jenis Manusia Purba

Ardipithecus Ramidus


jenis manusia purba ardipithecus ramidus
www.pinterest.com

Manusia purba yang pertama ini adalah manusia yang hidup sekitar 4.4 juta tahun yang lalu. Fosil ini ditemukan di Ethiopia, Afrika bagian Timur. Yang menemukan adalah Yohannes Haile Selassie. Fosil ini ditemukan di tumpukan fosil hewan, artinya mereka hidup dalam sebuah hutan.
Menurut penelitian berat badan manusia purba jenis ini sekitar 50 kg dengan tinggi 120 cm. makanan pokoknya adalah buah-buahan, daun, dan juga mamalia kecil. Sebenarnya bentuk dari jenis ini tidak beda jauh dengan simpanse, terbukti dari otot kakinya yang terlihat besar dan gigi taring nya juga lebih besar daripada kera. Bisa membayangkan kan?

Australopithecus Africanus

jenis manusia purba australopithecus africanus
Jenis ini ditemukan pada tahun 1924 oleh anak-anak di daerah Taung Afrika Selatan. hidup sekitar 3,3 sampai 2.1 juta tahun yang lalu. Lebih tepatnya manusia purba yang satu ini disebut dengan kera dari Afrika Selatan. meskipun sangat mirip dengan kera, namun setelah 20 tahun penelitian jenis yang satu ini resmi masuk kedalam kategori manusia.
kenapa demikian? Karena secara anatomi jenis ini memiliki kombinasi fisik manusia dan fisik kera. Dan yang paling meyakinkan adalah jenis ini memiliki bagian tulang panggul, tulang paha, tangan, tulang kaki, bahu, yang mengidentifikasikan bahwa sering digunakan untuk berjalan.

Sinanthropus Pekinensis

jenis manusia purba sinanthropus pekinensis
Jenis yang satu ini berbeda dengan teman yang lainnya. Sinanthropus lebih sering dinamai sebagai manusia Peking Man. Berdasarkan giginya jenis ini dikelompokkan sebagai manusia purba, volume otaknya diperkirakan 1.000 cm3 sampai 1.300 cm3, volume tersebut sama dengan volume otak manusia di zaman sekarang ini.
ciri-ciri dari Sinanthripus Pekinensis adalah memiliki dahi yang kecil, tulang tengkorak tebal, bagian alis matanya juga cukup tebal, dan rahang terlihat lebih besar tanpa adanya dagu.

Homo Rhodesiensis


homo rhodesiensis

Diceritakan ketika penambang yang bernama Tom Zwiglaar tahun 1921 sedang mencari bijih besi di sebuah gua ternyata tidak sengaja ia menemukan fosil Homo Rhodesiensis ini. Ciri-ciri yang bisa di ingat diantaranya adalah memiliki bagian punggung alis yang besar dan cukup lebar, hidungnya besar, kening menonjol, dan di bagian belakang tengkorak ada tonjolan. Manusia purba di zaman ini sudah bisa berjalan dengan tegak dan menyerupai manusia pada umumnya.

Homo Cro Magnon


homo cro magnon
humanorigins.si.edu

Bisa dikatakan bahwa Homo Cro Magnon merupakan manusia tertua di Eropa. Fosilnya berhasil ditemukan pada tahun 1868. Homo Cro Magnin hidup dengan cara berburu dan meramu makanan, mengumpulkan berbagai macam buah-buahan dan akar-akaran, serta menikmati hewan buruan.
Homo Cro Magnon memasuki daerah Eropa setelah mereka tinggal di Timur Tengah, dengan tinggal di sebuah gua dan perkemahan sederhana mereka mempertahankan hidup dengan sangat baik.  Jenis ini mampu berkomunikasi dan sudah menguasai beberapa kosa kata, mampu membuat sebuah karya seni seperti lukisan, pakaian, dan lain sebagainya.

Meganthropus Palaeojavanicus


meganthropus palaeojavanicus
satujam.com

Fosil jenis Meganthropus berhasil ditemukan di sebuah daerah yang bernama Sangiran pada tahun 1936. Penemu manusia purba ini adalah seorang arkeolog yang berasal dari Negara Belanda. Ilmuwan mengatakan bahwa manusia purba jenis ini sudah hidup sekitar satu juta tahun yang lalu.
Pembuktian mengenai fosil ini dengan cara menggunakan teknik peluruhan dengan karbon, dengan demikian ilmuwan bisa memperkirakan mengenai usia dari fosil tersebut.
Adapun cirri-ciri dari jenis Meganthropus Palaeojavanicus ini diantaranya memiliki tulang pipi yang cukup tebal, otot pada bagian rahang terlihat kuat, tidak memiliki dagu, memiliki postur tubuh yang tegap, memiliki tonjolan yang bentuknya cukup tajam, tulang kening bentuknya menonjol, dan mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan, cara hidup mereka juga dengan berkelompok.

Pitecanthropus Erectus


pitecanthropus erectus
pengertianmenurutparaahli.org

Kalau yang satu ini manusia purba nya berasal dari Indonesia, tepatnya sekitar satu juta tahun yang lalu. Menurut cerita, di Indonesia pada zaman dahulu pernah mengalami bencana alam, dan yang menemukan manusia pertama kali adalah Eungene Dubois yaitu ilmuwan dari Belanda.
Ciri-ciri yang bisa dilihat dari Pitecanthropus ini diantaranya adalah berjalan dengan badan gerak, namun dengan struktur yang hampir sama dengan struktur kera. Otaknya kecil, tingkat kecerdasannya hampir sama dengan hewan tapi instingnya lebih kuat.
Selain itu Pitecanthropus sangat suka mengumpulkan makanan, keprimitifan nya hampir sama dengan kehidupan kera di era modern seperti sekarang ini, manusia ini sangat dielukan oleh para kalangan materialis, tubuh tegak di kala itu termasuk makhluk hidup yang paling besar. Mereka terlihat seperti kera akan tetapi tidak kera.

Pitecanthopus Soloensis


pitecanthopus soloensis
satujam.com

Jenis manusia purba yang satu ini juga berasal dari Indonesia, tepatnya di daerah Ngandong, Solo, Jawa Tengah.
Ciri-ciri dari Pitecanthopus Soloensis ini adalah pada area tengkorak terdapat tonjolan kening tebal, memiliki hidung yang cukup lebar dan tulang pipi yang kokok dan terkesan menonjol, memiliki tinggi sekitar 165 sampai 180 an, merupakan pemakan tumbuhan dan daging, rahang bawahnya cukup kuat, tulang pipinya cukup tebal, tulang belakangnya menonjol, perawakannya tegap dan memiliki otot yang besar.
Sekilas wajah dari manusia purba jenis ini seperti kera, akan tetapi lebih besar dan lebih kuat. Perawakan yang hitam membuat manusia purba asal solo ini terlihat eksotis, nama Soloensis juga diambil dari ia ditemukan yaitu daerah Solo.

Pitecanthropus Mojokertensis


pitecanthropus mojokertensis
www.learniseasy.com

Seperti namanya, manusia purba yang satu ini ditemukan di daerah Mojokerto. Penemuan fosil manusia purba di mojokerto ini merupakan penemuan terbesar di abad ini. Namun sebelum fosil ditemukan dengan lengkap, beberapa fosil mau tak mau jadi rusak karena proses penggalian, akhirnya detail dari fosil ini tak bisa diteliti dengan sempurna.
Tetapi, meskipun demikian, manusia purba yang satu ini termasuk manusia purba yang dibahas di wawasan sekolah.
Secara umum, Pitecanthropus Mojokertensis memiliki cirri-ciri fisik yang tidak cukup berbeda dengan manusia di zaman modern. Meskipun tidak bisa diulas satu-persatu mengenai cirri-cirinya, tetapi bisa diperkirakan bahwa manusia purba yang satu ini merupakan manusia purba yang unik.

Homo Floresiensis


homo floresiensis
humanorigins.si.edu

Seperti namanya, manusia purba yang satu ini ditemukan di daerah Flores, Indonesia. pada zaman manusia Purba Homo Floresiensis ditemukan manusia memiliki suatu kesatuan didalam hal bertindak dan menjadi makhluk yang mampu berekonomi. Pada penemuan manusia purba yang satu ini, mereka sudah memiliki kesadaran bahwa di sekitar nya terdapat orang-orang yang hidup, hal inilah yang memicu timbulnya kesamaan ras di dunia.
Penemu manusia purba Homo Floresis ini berasal dari Belanda, ia tak menemukan temuannya dengan namanya sendiri, akan tetapi memakai nama tempat dimana ia menemukan fosil tersebut. Manusia purba Homo Floresis ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
  1. Memiliki wajah yang berbentuk besar dan memiliki hidung yang lebar
  2. Memiliki bentuk mulut yang menonjol dibandingkan dengan hidungnya
  3. Memiliki bentuk dahi yang menonjol pula, tetapi tidak semua memiliki dahi menonjol
  4. Fisiknya sudah cukup berbeda dari kera bahkan telah menyerupai bentuk fisik manusia di zaman sekarang
  5. Tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 130 cm, tetapi ada pula yang tinggi nya mencapai 210 cm
  6. Berat badannya sekitar 30 sampai 150 kg
  7. Manusia purba jenis ini diperkirakan hidup kurang lebih 40.000 tahun yang lalu.

Homo Wajakensis


olympus digital camera
satujam.com

Banyak manusia purba yang ditemukan dan diberi nama sesuai dengan nama tempat asalnya ditemukan. Nama Homo Wajakenis juga didapatkan dari Wajak. Beberapa cendiakawan telah melakukan penelitian mengenai pengaruh susunan geografis di Indonesia dan juga iklim maupun keadaan alamnya.

Hal ini memungkinkan bahwa kondisi manusia purba di zaman dulu hampir sama bentuknya dan yang membedakan hanyalah cara mereka untuk berkomunikasi.
Manusia Purba yang ditemukan di daerah Tulungagung Jawa Timur ini merupakan penemuan yang cukup penting dan mengukir sejarah. Karena melalui penemuan ini suatu kepingan puzzle yang telah hilang berhasil bertemu lagi dan membuktikan bahwa terdapat hubungan antara manusia dengan kera. Penemuan ini mampu menghubungkan kembali puzzle yang telah hilang tersebut.
Pernyataan ini hampir sama dengan teori yang dinyatakan oleh Darwin mengenai asal-usul manusia. Hal ini juga menyebabkan beberapa peneliti masih berusaha untuk mencari kesamaan antara manusia dengan kera.

Homo Soloensis


homo soloensis
satujam.com

Memiliki ciri-ciri berbadan tegap, berhidung besar, dan mulutnya menonjol adalah ciri-ciri utama dari manusia purba jenis homo Soloensis ini. Meskipun para peneliti tidak memiliki catatan sebanyak catatan ketika meneliti manusia purba yang lain, keberadaan manusia purba jenis ini masih bisa diendus dengan cukup jelas.
Kita perlu tahu bahwa sungai Bengawan Solo adalah jantung dari kehidupan primitis di zaman dulu.
Disana, juga terdapat berbagai penemuan yang mampu mengindikasikan suatu kecenderungan manusia purba itu sangat dekat hubungannya dengan air. Air ternyata memiliki keuntungan yang cukup banyak pada kehidupan di zaman purba, dan penemuan Homo Soloes adalah bukti nyatanya.

Pitecanthropus Robustus

pitecanthropus robustus
Nah, manusia purba jenis ini adalah manusia purba yang suka makan tumbuhan, terbukti dari bentuk rahangnya yang cukup besar dan kuat. Fungsi utama dari rahang besar yang dimiliki Pitecanthropus Robustus adalah untuk mengunyah makanan seperti tumbuhan agar bisa lebih gampang dan cepat.
Ciri lain dari manusia purba jenis ini adalah kapasitas mulut yang cukup besar, membuktikan akan kapasitas dari dirinya.

Jika pada jenis homo sebelumnya hidupnya tergantung dengan keberadaan sungai, homo yang satu ini sudah tidak terlalu bergantung dengan sungai. Pitecanthropus Robustus membuat sebuah tempat tinggal yang cukup nyaman meskipun tidak dekat dengan sungai.

Pitecanthropus Dubuis

pitecanthropus dubuis
Sebenarnya peneliti masih sedikit meragukan jenis manusia purba yang satu ini, karena fosil nya ditemukan pada daerah Sangiran namun struktur dari tengkorak dan tulang nya tidak mutlak atau tidak lengkap.
Para peneliti asal Belanda menganggap penemuan tersebut sangatlah penting meskipun orang Indonesia menganggap penemuan tersebut merupakan hal yang memaksa dan juga penjajahan hak. Seperti hal nya penjajahan, warga Negara Indonesia juga dipaksa untuk menjadi tenaga penggali penemuan fosil tersebut.
Beberapa warga Indonesia turut menjadi korban yang jatuh di lokasi penggalian. Dengan pengorbanan yang cukup memilukan tersebut, para Arkeolog Belanda berhasil membawa suatu propaganda berupa penemuan fosil dari manusia purba jenis ini.
Mengenai kerja rodi yang diperintahkan para Arkeolog Belanda untuk menemukan fosil ini terdapat lapisan tanah di daerah tersebut, yaitu lapisan Jetis, lapisan Trinil, dan lapisan Ngandong.
Dengan tempat hidup yang sedemikian  rupa jenis manusia purba yang satu ini memiliki ciri khusus yaitu fisik badan nya yang kuat dan tegap, cara hidupnya berkelompok dan menetap di sebuah tempat.

Homo Sapiens


homo sapiens
www.britannica.com

Seiring berkembangnya zaman, manusia purba semakin mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari manusia purba jenis Homo Sapiens ini, mereka adalah manusia purba yang memiliki otak cerdas, postur tubuhnya tidak jauh beda dengan manusia zaman sekarang, dan sudah pandai dalam berkomunikasi. Untuk mengetahui lebih jelasnya, berikut terdapat beberapa ciri dari manusia purba yang bisa kita pelajari!
  1. Memiliki volume otak yang cukup cerdas yaitu 1000 cc sampai 1200 cc
  2. Otak tengkuk sudah mengalami penyusutan sehingga tidak terlihat menonjol lagi
  3. Tinggi badan nya sekitar 130 sampai 210 cm
  4. Gigi nya sudah tidak terlalu besar seperti manusia purba di abad sebelumnya
  5. Berjalan dengan tegak dan bisa berdiri
  6. Dagu dan tulang bagian rahangnya tidak terlalu kuat
  7. Wajah tidak lagi menonjol ke depan
Manusia purba jenis ini sudah cukup berbeda dibandingkan dengan manusia purba pada abad sebelumnya, mereka sudah memakai akalnya, dan sudah tidak suka lagi berburu hewan liar, tidak lagi senang mengumpulkan makanan dalam jumlah yang banyak.

Arti Lambang Garuda


Jakarta - 

Setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Pancasila merupakan ideologi negara dan Garuda Pancasila dijadikan sebagai lambang negara Republik Indonesia.
Dalam situs resmi Badan Intelijen Negara (BIN) Garuda Pancasila dirancang oleh Sultan Hamid II. Sultan Hamid II dilahirkan pada tahun 1913 dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie dan meninggal pada 1978. Dia dilahirkan dari kesultanan Pontianak dan pernah menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Kalimantan Barat serta menjadi Menteri Negara Zonder Portofolio di era Republik Indonesia Serikat.

Untuk menseleksi lambang negara yang akan digunakan, dibentuk Panitia Lencana Negara pada 10 Januari 1950. Pada saat itu, banyak usulan lambang negara yang diajukan kepada panitia. Dengan melalui beberapa proses, rancangan karya Sultan Hamid II diterima dan dikukuhkan sebagai lambang negara.












Pengesahan resmi lambang Negara Garuda Pansaila pada 17 Oktober 1951, melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 66 Tahun 1951 yang dikeluarkan Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Sukiman Wirjosandjojo. Sedang tata cara penggunaannya diatur melalui PP No. 43 Tahun 1958.Atas usul dari Soekarno dan berbagai organisasi lainnya, rancangan Sultan Hamid II tersebut disempurnakan sedikit demi sedikit. Pada Maret 1950, penyempurnaan sampai pada tahap finalisasi. Rancangan final tersebut mulai diperkenalkan kepada masyarakat sejak 17 Agustus 1950, dan sejak itu pula lambang tersebut digunakan.

Sejak tahun 1951, belum ada nama sah dari lambang negara tersebut, sehingga memunculkan banyak sebutan, di antaranya Garuda Pancasila, Burung Garuda, Lambang Garuda, Lambang Negara atau hanya sekadar Garuda. Oleh sebab itu, pada 18 Agustus 2000, melalui amandemen kedua UUD 1945, MPR menetapkan nama resmi lambang negara.
Penulisan nama resmi lambang negara Indonesia tersebut terdapat dalam pasal 36 A UUD 1945 yang disebutkan sebagai Garuda Pancasila. Nama tersebut sesuai dengan desain yang digambarkan pada lambang negara tersebut, yaitu Garuda diambil dari nama burung dan Pancasila diambil dari dasar negara Indonesia.

Makna Lambang Negara Garuda Pancasila
Garuda Pancasila terdiri atas tiga komponen utama, yaitu Burung Garuda, Perisai, dan Pita Putih. Menurut Mitologi Hindu, Burung Garuda merupakan burung mistis yang berasal dari India. Burung tersebut berkembang sejak abad ke-6 di Indonesia. Burung Garuda melambangkan kekuatan, sementara warna emas pada Burung Garuda melambangkan kemegahan atau kejayaan.
Jumlah bulu pada sayap Garuda sebanyak 17, bulu diekor berjumlah 8, bulu di pangkal ekor berjumlah 19 dan bulu di leher berjumlah 45. Bulu-bulu tersebut jika digabungkan menjadi 17-8-1945, yaitu menggambarkan waktu kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.
Di perisai yang terdapat pada Burung Garuda, mengandung lima buah simbol yang masing-masing melambangkan sila-sila dari dasar negara Pancasila. Perisai yang dikalungkan tersebut melambangkan pertahanan Indonesia. Pada bagian tengah dari perisai tersebut terdapat simbol bintang yang memiliki lima sudut.


Pada bagian kanan bawah, terdapat rantai yang melambangkan sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Rantai tersebut terdiri atas mata rantai yang berbentuk segi empat dan lingkaran yang saling berkaitan membentuk lingkaran. Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan yang lingkaran melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling berkait pun melambangkan bahwa setiap manusia, laki-laki dan perempuan, membutuhkan satu sama lain dan perlu bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai.Bintang tersebut melambangkan sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Lambang bintang tersebut dianggap sebagai sebuah cahaya, seperti cahaya kerohanian yang dipancarkan oleh Tuhan kepada setiap manusia. Di bagian bintang, terdapat latar berwarna hitam. Latar tersebut melambangkan warna alam yang asli yang memiliki Tuhan, bukanlah sekadar rekaan manusia, tetapi sumber dari segalanya dan telah ada sebelum segala sesuatu di dunia ini ada.
Pada bagian kanan atas, terdapat gambaran pohon beringin yang melambangkan sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia. Kenapa pohon beringin yang digunakan? Karena pohon beringin merupakan pohon besar yang bisa digunakan oleh banyak orang sebagai tempat berteduh di bawahnya. Hal tersebut dikorelasikan sebagai Negara Indonesia, di mana semua rakyat Indonesia dapat 'berteduh' di bawah naungan Negara Indonesia. Tak hanya itu saja, pohon beringin memiliki sulur dan akar yang menjalar ke segala arah. Hal ini dikorelasikan dengan keragaman suku bangsa yang menyatu di bawah nama Indonesia.
Pada bagian kiri atas, terdapat kepala banteng. Kepala banteng tersebut melambangkan sila keempat Pancasila, yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Di sini, kepala banteng memiliki filosofi sebagai hewan sosial yang suka berkumpul, seperti halnya musyawarah, di mana orang-orang berdiskusi untuk melahirkan suatu keputusan.
Di bagian kiri bawah, terdapat lambang padi dan kapas. Lambang tersebut melambangkan sila ke lima Pancasila, yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Lambang tersebut dianggap dapat mewakili sila kelima, karena padi dan kapas merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan dan sandang, sebagai syarat utama untuk mencapai kemakmuran. Hal itu sesuai dengan tujuan utama dari sila kelima ini.
Di lambang perisai sendiri, terdapat garis hitam tebal yang melintang di tengah-tengah perisai. Garis hitam tebal tersebut melambangkan garis khatulistiwa yang melintang melewati wilayah Indonesia. Sedangkan warna merah dan putih yang menjadi latar pada perisai tersebut merupakan warna bendera negara Indonesia. Merah, memiliki makna keberanian dan putih melambangkan kesucian.
Pada bagian bawah Garuda Pancasila, terlihat pita putih yang dicengkram, pita tersebut bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Tulisan tersebut ditulis dengan menggunakan huruf latin dan merupakan semboyan negara Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika, dalam bahasa Jawa Kuno memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Kata Bhinneka Tunggal Ika sendiri dikutip dari buku Sutasoma yang dikarang oleh seorang pujangga di abad ke-14 dari Kerajaan Majapahit, Mpu Tantular. Kata tersebut memiliki arti sebagai persatuan dan kesatuan Nusa dan Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai pulau, ras, suku, bangsa, adat, kebudayaan, bahasa, serta agama.
Makna Lambang Negara Garuda Pancasila sangat relevan dengan kondisi bangsa Indonesia yang terdiri dari pelbagai macam suku, ras, budaya, adat, bahasa dan agama. Apabila seluruh masyarakat Indonesia bisa memahami filosofi lambang negara tersebut dengan baik, maka keutuhan, dan persatuan bangsa dapat terjaga.